Minggu, 19 Maret 2017

Bangsawan dan Tukang Kebunnya

Tags




     Tuan Brandon adalah bangsawan yang sangat kaya. Dia mempunyai seorang tukang kebun yang rajin, bernama Jack. Tukang kebun ini bertugas mengurus tanaman di kebunnya yang megah. Ia tinggal tak jauh dari rumah tuannya.

     Tuan Brandon sangat sombong. Ia samasekali tidak menghargai Jack, mesti Jack telah setia mengabdi bertahun-tahun padanya. Selama ini, ia hanya menganggap Jack sebagai pembantu miskin yang diupahnya setiap bulan.

     Walau dipandang sebelah mata, Jack dan keluarganya tetap bahagia. Ia dan keluarganya bersyukur bisa bekerja di rumah besar itu.

     Suatu malam, Tuan Brandon dan keluarganya mengadakan pesta. Jack dan istrinya menyiapkan banyak rangkaian bunga yang indah. Para tamu terpesona dengan rangkaian bunga itu. Mereka ingin bertemu dengan Jack, si tukang kebun. Tetapi Tuan Brandon berkata dengan kasar, "Ah, tidak perlu. Jack hanyalah tukang kebun tua dan kotor. Kalau kalian ingin bertemu dengannya, itu sama saja dengan mengotori diri kalian yang sempurna sebagai seorang bangsawan."
     Akhirnya tak seorang pun yang menanyakan Jack lagi.




 Jack sangat sedih mendengarnya. Dia juga tak pernah berharap untuk bertemu dengan para tamu bangsawan. dia hanya tak suka disebut sebagai orang yang kotor.

     Begitulah setiap saat. Tuan Brandon, si bangsawan kaya itu, selalu merendahkan tukang kebunnya. Walaupun begitu, kehadiran Jack selalu diharapkannya untuk mengurus halaman rumahnya yang sangat luas itu.

     Malam itu langit sangat gelap. Angin bertiup kencang. Tuan Brandon merasa tubuhnya tidak enak dan kedinginan. Dia menyalakan perapian dan duduk di sana untuk menghangatkan badan.

     Kini, tubuhnya terasa hangat dan berkeringat. Tuan Brandon membuka salah satu jendela besar di ruangan itu. Angin mengalir masuk. Tuan Brandon jadi terkantuk-kantuk di kursinya yang empuk.

     Karena angin bertiup cukup kencang, lidah-lidah api pada perapian mulai menari-nari. Lidah api itu meliuk ke kanan dan kiri, mencoba menyambar apa saja yang ada di dekatnya.

     Benar saja. Lidah api berhasil menyambar sebuah buku. Buku itu mulai terbakar. Lantas, apinya mulai menjilati barang-barang di dekatnya. Bahkan, lampu minyak di dekat situ ikut terbakar. Api mulai membesar. Ruangan itu kini dipenuhi asap dan nyala api.

     Tuan Brandon terbatuk-batuk bangun. Dia kesulitan melihat. Matanya perih terkena asap. Nafasnya sesak. Dia berteriak-teriak minta tolong.

     Sebuah tangan keriput terulur menariknya. Sosok itu membantunya keluar dari ruangan yang pengap dan merebahkannya di rerumputan halaman rumah. Dengan sigap sosok itu berlari masuk ke dalam rumah besar sambil membawa seember air.

     Tuan Brandon menangis melihat api semakin besar, membakar rumahnya. Angin bertiup kencang semakin membantu api menghabiskan bangunan rumah megah itu. Karena terlalu kaget, Tuan Brandon pun pingsan.

     Keesokan paginya, Tuan Brandon terbangun. Dilihatnya rumahnya tinggal puing-puing gosong. Dia sangat sedih. Hartanya habis.

     Tiba-tiba, sekumpulan orang mendatanginya. Salah satu dari mereka mengatakan sesuatu. "Tuan, mari ikut ke pemakaman. Tuan harus mengantarkan orang yang berjasa kepada Tuan, menuju tempat peristirahatan terakhirnya."

     Tuan Brandon tertegun. "Siapa orang yang berjasa kepadaku itu?"

     "Dia Jack, tukang kebunmu. Dia meninggal karena berusaha menyelamatkan Tuan dan rumah besar Tuan," jelas orang yang lain.

     Tuan Brandon menundukkan kepalanya, menangis. Ia tak menyangka, Jack yang selama ini tak dihargainya, malah menyelamatkan nyawanya. Tapi apalah artinya penyesalan yang datang terlambat itu.***




*Cerita ini pernah dimuat di Bobo 40 Th XXXVI, 8 Januari 2009

4 komentar

Ceritanya bagus.. sekaligus menyedihkan

Iya, Mbak.
Terima kasih sudah mampir membaca.

saya suka mbak ceritanya, keep it up hihi


EmoticonEmoticon