Rabu, 04 Mei 2016

Tufy dan Tawon Ajaib

Tags




Tufy adalah seorang pemuda miskin dan sebatang kara. Meski begitu, ia tak pernah patah semangat. Ia rajin bekerja, membantu tetangga mengerjakan ladang. Upah yang diterimanya tidak menentu, tergantung si pemberi. Berapa pun yang diberikan, Tufy senantiasa bersyukur.

Suatu pagi, Tufy menemukan seekor tawon tergeletak di dekat jendela. Dipungutnya tawon itu. Rupanya tawon itu masih hidup. Dilihatnya tawon itu kesakitan. Pantas dia tak bergerak ketika didekati Tufy. Karena kasihan, Tufy mengobati lukanya, sampai tawon itu sembuh.

"Terima kasih, Tufy. Kau manusia baik yang pernah kutemui," tawon itu berkata. Tufy sangat terkejut. Ia tak menyangka ada tawon bisa berbicara seperti manusia.

"Ya, aku tawon ajaib. Aku bisa bicara sepertimu. Selama ini, manusia banyak yang membunuh bangsa kami. Mereka khawatir kami sengat. Padahal, kami tak menyengat jika tak diganggu. Lagi pula, mereka suka memeras kami agar menghasilkan madu untuk keperluan mereka. Tapi, kau dengan sabar dan tulus mau menyembuhkan aku," jelas Tawon itu. "Nah, sebagai ucapan terima kasihku, ambillah kantung ini." Selesai berkata begitu, tawon itu terbang menjauh.


Tufy membuka kantung kecil yang diberikan tawon kepadanya. Isinya beberapa biji anggur. Oleh Tufy, biji-biji itu ditanam di halaman rumahnya yang sempit.

Tiga hari kemudian, pohon anggur tumbuh dengan subur. Buahnya banyak, bergelantungan di rantingnya. Tufy mengamati buah anggur itu. Ternyata sudah matang. Ajaib!

Berkat biji anggur yang diberikan tawon, Tufy hidup makmur. Kini dia tak perlu lagi bekerja di ladang orang. Hasil tanaman anggurnya cukup untuk menghidupinya. Bahkan Tufy menyisihkan hasil penjualan untuk berderma. Tufy tidak sombong meskipun dia telah kaya. Dia tetap hidup sederhana.

Walaupun begitu, ada saja orang yang iri kepadanya. Dia adalah Rumpel, tetangganya. Rumpel tak suka melihat Tufy hidup makmur dan menyaingi kekayaannya. Apalagi Tufy lebih disukai orang ketimbang dirinya. Jelas saja. Sebab Tufy rajin dan suka berderma. Sedangkan Rumpel, biar pun kaya tapi pelitnya minta ampun.

Untuk menyingkirkan saingannya, Rumpel melakukan tindakan tercela. Setiap malam, dia mengendap-endap ke halaman rumah Tufy, merontokkan buah-buah anggur, dan menginjak-injaknya. Akbatnya bisa ditebak. Tufy tak pernah lagi memanen buah anggurnya. Penghasilannya terus menurun sepanjang hari.

Sebenarnya, Tufy mengetahui perbuatan Rumpel. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Menegur pun tak berani. Dia hanya mendoakan Rumpel agar menyadari perbuatan jahatnya itu.

"Tufy, mengapa sedih? Bukankah biji angur yang kuberikan kepadamu sudah memberikan hasil terbaik?"
Tufy terkejut. Tawon yang pernah ditolongnya dulu menyapanya dari daun jendela. Tufy menceritakan apa yang terjadi selama ini.

"Sudahlah, jangan bersedih lagi. Aku akan membantumu. Kini saatnya aku membalas kebaikanmu dulu," hibur Tawon.
"Apa yang harus kulakukan?" Tufy bertanya.
"Ambillah madu. Olesilah seluruh anggur yang tergantung dengan madu itu. Nanti kau akan melihat sendiri apa yang terjadi."

Tufy segera melaksanakan saran Tawon. Seluruh buah anggur yang bergelantungan di rantingnya diolesinya dengan madu. Setelah selesai, ia kembali ke rumah. Tufy bersembunyi di balik jendela dan mengintip dari situ.

Buah anggur yang diolesi madu, mengundang kedatangan tawon. Tak berapa lama, ribuan tawon mengerumuni buah-buah anggur.

Seperti biasa, malam itu Rumpel kembali menjalankan aksinya. Dengan penuh kebencian, ia menarik dan merontokkan buah anggur yang bergelantungan. Tapi...

Adaoooowwww!!!

Teriakan Rumpel memecah kesunyian malam. Orang-orang desa terbangun dan menuju asal teriakan. Mereka melihat Rumpel menggeliat, mengkibas-kibaskan tangannya. Ada apa gerangan?

Aha. Rupanya tawon-tawon di anggur merasa terganggu dengan ulah Rumpel. Apalagi gerakan tangan Rumpel semakin membabi buta. Maksudnya ingin menghalau tawon. Tapi, tangannya malah menabrak anggur lain. Ribuan tawon marah dan menyengati Rumpel.

"Rumpeeelll! Larilah ke sungai...," teriak Tufy. Kasihan juga ia melihat tetangganya itu. Bisa dibayangkan, betapa sakitnya diserbu ribuan tawon.

Mendengar itu, Rumpel segera berlari. Aneh, tawon-tawon itu hanya mengejar Rumpel. Padahal, banyak orang di sekitar situ. Dengan sekuat tenaga, Rumpel berlari dan menceburkan dirinya ke sungai. Tawon takut air. Mereka pergi, menghilang entah ke mana.

Kini tahulah para tetangga akan kelakuan buruk Rumpel. Mereka semakin menyayangi Tufy karena dia tak pernah menaruh dendam pada Rumpel. Bagaimana dengan Rumpel? Kini dia kapok. Tak mau lagi mengganggu Tufy. ***







* Cerita ini pernah dimuat di Mjalah Mentari nomor 192.
















































EmoticonEmoticon