Rabu, 04 Oktober 2017

MENGHARGAI BUKU

Tags

                                                                                                     Foto: dok. pribadi 

Perasaan ini, kok, rasanya teriris, ya, jika melihat sebuah buku yang kurang mendapat perhatian. Apalagi ketika tahu alasan di balik kekurangperhatian itu adalah judge terhadap buku tersebut. Pernah, kan, mendengar seseorang mengungkapkan ketidaksukaannya pada sebuah buku? Dibilang jeleklah, tidak menariklah, isinya murahanlah, dan sebagainya, dan sebagainya. Halooo, seandainya buku itu manusia seperti kita, jangan kaget kalau dia akan membawa masalahnya kepada yang berwajib, melaporkan tindakan tidak menyenangkan yang dialaminya, lho, ya.


Sebuah buku, semurah apa pun dia, sesederhana apa pun dia, pasti melewati lika-liku kehidupannya yang panjang dan penuh kerikil tajam di sana sini. Jangan bayangkan si penulis buku gampang menerbitkan bukunya begitu saja. O, tidak. Penulis itu berjuang lahir batin untuk menelurkan sebuah buku, yang nantinya bakal menuai aneka ragam  pandangan orang.

Proses kreatif yang mengawali kelahiran sebuah buku tidak semudah membalik telapak tangan. Ada kerja keras penulis, ada campur tangan editor, ada sentuhan cantik ilustrator, ada kelihaian desainer, dan ada kelincahan strategi tim pemasaran. Ketika telah lahir pun,  campur tangan si penjual ada di dalamnya. Tidak menutup kemungkinan hadirnya orang yang kita sayangi turut bekerja dalam perjalanan panjang sebuah buku. Bisa jadi, kan, Ayah melihat sebuah buku yang menurutnya bagus dan menghadiahkannya untuk kita?

Bagus atau tidaknya isi sebuah buku, itu relatif. Ibarat seorang ibu yang punya anak laki-laki, pasti akan mengatakan kalau anaknya itu paling ganteng sendiri di dunia. Sebuah buku pun akan dibilang bagus oleh seseorang dan mungkin akan mendapat cela oleh yang lain. Jadi kalau menemui sebuah buku kurang bagus menurut kita, ya, sudahlah, letakkan, dan cari buku lain yang sesuai selera kita sehingga sebuah buku bisa kita bilang bagus isinya. Sederhana, bukan?

Menghargai sebuah buku juga berarti menghargai fisik buku tersebut. Jangan segan-segan memberinya baju alias disampul yang rapi. Cover buku-buku sekarang memang kebanyakan berlaminasi. Namun tidak ada salahnya, kan, kalau kita memberinya baju sebagai bentuk kepedulian akan kehadirannya dalam hidup kita. Berdasar pengalaman, sampul akan melindungi buku kita dari segala macam kotoran.

Buku bisa sebal dan risih jika sudut-sudutnya keriting atau melengkung. Coba perhatikan peletakan bukunya, sudah benar atau belum? Kalau mau bukunya berdiri, ya, berdirikan dengan tegak. Kalau mau dibuat telentang, ya, aturlah agar buku itu nyaman. Hindarilah mengaturnya bruk-brukan. Juga jangan tergesa-gesa memasukkan sebuah buku ke dalam tas, apalagi tasnya penuh, sehingga buku akan kesakitan dipaksa masuk dengan sudut-sudutnya berdesakan.


Lembar-lembar dalam buku menguning? Itu pasti karena lembab. Kenapa tidak disisipkan saja silika gel di dalamnya atau taburkan silika gel dalam rak buku? Buku akan terhindar dari kelembapan dan pastinya tidak dikencingi kecoak. Kalau bingung cari silika gel, minta saja ke mbak-mbak di apotek. Di sana banyak silika gel bekas pengawet obat yang tidak dimanfaatkan.

Bosan dengan sebuah buku? Tidak suka isinya? Atau rak buku sudah tidak mampu menampung buku-buku baru yang lebih menarik? Please, jangan dibawa ke DPA, ya. Dewan pertimbangan agung alias tukang rombeng. Lihat sekitar. Masih banyak yang membutuhkan buku namun tidak mampu membelinya. Sumbangkan saja kepada sekolah anak-anak, ke taman bacaan, ke panti asuhan, atau ke seseorang yang kita kenal sebagai kutu buku. Dijamin, buku-buku akan mendapat tempat di hati mereka. Buku akan merasa dirinya berharga jika masih terus dibutuhkan. Gak dapat uang, dong, kalau disumbangkan? Hari gini gak mau nyumbang? Ck, ck, ck.

Menghargai sebuah buku itu tidak hanya menghargai proses kelahirannya atau fisiknya saja. Dua-duanya, ya. Coba renungkan. Sejelek-jeleknya buku yang tidak kita suka, masih ada ilmu dan pengalaman yang kita peroleh dari dalamnya, bukan? Yuk, kita belajar menghargai sebuah buku dimulai dari detik ini, ya!***

2 komentar

Setuju, Mbak Eni. Buku adalah gudang ilmu. Benar bahwa tidak semua orang merasa berkepentingan dgn buku. Tapi bayangkan dunia tanpa buku. Kebodohan menguasai dunia. Ngeri 😱

Tanpa kita sadari, buku sudah membawa kita melanglang buana juga, ya.


EmoticonEmoticon